Makan Mengikuti Sunnah, Berkah!


Seperti biasa, anak-anak Madrasah Al-Qur‘an tampak ceria dan gembira. Hari ini, mereka sedang mengulang hafalan doa-doa harian, yaitu doa sebelum dan sesudah makan. Dan hati ini, semua sudah hafal dan lancar. Nah, sebagai perayaan atas keberhasilan mereka, kakak ajak mereka makan bareng. Sekaligus pembelajaran cara makan yang baik dan benar sesuai tuntunan sunnah Rasulullah. Makan dengan tata cara mengikut sunnah Rasulullah, insyaallah mendapat berkah. Betul tidak?
Kakak ajak mereka makan di alam terbuka, ke sawah. Masing-masing siap dengan box berisi nasi dan lauk pauknya. Juga membawa botol atau termos tempat air minum. Mereka bawa sendiri-sendiri dari rumah, lho…! Bukan kakak yang bayarin…!
Sawah itu tidak jauh dari komplek perumahan kami. Bahkan dari teras masjid pun tampak jelas lokasinya. Namun sayang, sawahnya gersang dan kering. Kurang sedap dipandang. Tidak nyaman dilihat. Tapi gak apa-apa, lah. Ada semilir angin sepoi-sepoi yang memanjakan kami. Angin yang mampu mengalihkan perhatian kami dari sengatan matahari yang mulai terasa panasnya. Gerah. Keringat pun mulai membasahi tubuh.
Kami berkumpul di gazebo di tengah sawah. Tidak terlalu besar gazebo itu, namun cukup untuk kami berdua belas. Uhh, ramenya. Kelas ini kelas paling heboh paling kompak. Mereka duduk melingkar. Rapi dan tertib. Tampak cantik-cantik dan ganteng. Sebelum makan dimulai, kakak kasih cerita dulu. Mau tahu ceritanya apa? Maaf ya, gak cukup ditulis di sini. Lain kali aja.
Usai cerita. Kakak mulai memberikan pelajaran bagaimana makan yang baik dan benar menurut sunnah. Terlebih dulu, mereka dipersilakan mengeluarkan box dan tempat air minumnya. Namun, box tetap tertutup. Dibukanya bareng, menunggu perintah kakak. “Oh kejamnya..,” keluh si Udin —anak gawang pecandu bola— berbisik. Dah lapar kalee…!
Dengan suara lantang mengejutkan, “Baik, belajar kita mulai.”  Satu per satu kakak tatap wajahnya. Kemudian, agar pembelajaran kali ini mudah diingat, maka kakak meminta mereka menirukan semua ucapan kakak. Berulang-ulang, bersama-sama, serentak, penuh semangat.
“Setiap kali hendak makan, pastikan tangan kita bersih.”
“Makanan yang dihidangkan adalah halal.”
“Silakan ambil nasi secukupnya.”
“Ambil makanan terdekat.”
“Dan ingat! mengambil lauk tidak berlebihan.”
“Makanlah dengan tenang. Tidak tergesa-gesa.”
“Awali dengan berdoa. Cukup ‘Bismillah’ saja.”
“Makan dengan tangan kanan.”
“Harus duduk. Berdiri? Oh, tidak bisa…” sambil kakak menggerakkan telunjuk tangan.
Murid-murid kakak yang sempat tegang. Menahan napas. Memperhatikan mengulang bait-bait pelajaran yang kakak ucapkan. Namun ketika kakak menggerak-gerakkan telunjuk, mereka mengikuti dan spontan tersenyum. Sebagian lagi tertawa.
“Makan sambil jalan? Oh tidak bisa…”  kakak menambahkan, sambil mengangkat telunjuk dan menggerakkannya lagi.
“Tenang, tidak banyak bicara.”
“Makan hingga habis. Rapi bersih tidak berceceran.”
Kini saatnya makan. Mereka boleh membuka bekalnya masing-masing. Ada juga yang minum dulu, mungkin haus setelah berteriak-teriak. Acara makan pun dimulai. Duh senangnya….!
“Rasul sangat tidak suka jika ada di antara kita yang mencela makanan.” Kakak mengingatkan. Kemudian, sambil menikmati hidangan, dengan perlahan kakak menjelaskan bait-bait tadi. Asyik bukan? Duh betapa lahapnya mereka. Uenak tenan!
--------
Acara makan bersama sudah diawali dengan doa sebelum makan. Kami bersama-sama menikmati bekal yang dibawa dari rumah. Suasana tetap ceria, meskipun masing-masing sibuk dengan makanannya. Subhanallah, ternyata mereka bisa makan dengan tertib mengikuti aturan yang sudah dijelaskan. Baik dan benar mengikuti sunnah. Agar mendapatkan pahala. Juga meraih berkah. Karena bahwa setiap yang kita makan ada keberkahan menyerta.
Semua makan sendiri, mandiri. Tidak ada yang bermanja-manja. Makan dengan tangan kanan, tanpa menggunakan sendok. Sengaja, menu makan hari itu tanpa kuah. Kakak ingin memastikan, tidak tersisa makanan sedikit pun di boxnya. Juga tidak ada yang melekat di jemari tangan. Karenanya jika ada, dianjurkan untuk menjilat jemarinya. Ini boleh dan baik dilakukan.
“Ok, bagi yang sudah selesai, silakan berdoa.” Suara kakak sedikit meninggi, memecah kesepian. Mereka sudah mulai selesai. Sebagian
ada yang sudah turun, mencuci tangannya di saluran irigasi, kali kecil di belakang gazebo. Ada yang merapikan kotak bekalnya. Alhamdulillah, semuanya bisa tertib. Tidak meninggalkan sampah sedikit pun di gazebo itu. Kakak senang melihatnya.
Makan sudah selesai. Minum pun cukup. Mereka kembali, duduk melingkar seperti semula. Lalu kakak mengajak mereka untuk membaca doa. Mengingatkan hafalannya. Walaupun tadi masing-masing sudah. Baik kita baca lagi. Doa selesai makan ;
Segala puji bagi Allah yang telah memberi makan kepadaku. Sebagai rezeki daripada-Nya tanpa daya dan kekuatan dariku. (Ashabussunan kecuali Nasa’i dan Tirmidzi)
Di akhir acara, kakak mengajak mereka untuk membiasakan makan seperti yang sudah dipelajari bersama tadi. Karena ini adalah akhlak mulia yang dicontohkan oleh Rasul bersama para sahabatnya.
Kemudian kakak sampaikan sebuah kisah anak kecil yang baik hati. Ketika makan pun ia sangat peduli aturan, bagaimana makan yang baik dan benar mengikuti contoh Rasulullah.
Anak kecil itu bernama Umar bin Abi Salamah. Dulu, ketika Umar masih kecil, pernah duduk di pangkuan Nabi di saat akan makan. Ketika tangannya hendak menyentuh piring, Rasulullah berpesan mengingatkan, “Wahai anak kecil, bacalah basmallah dan makanlah dengan menggunakan tangan kananmu. Lalu ambillah yang terdekat darinya.”
Umar bin Abi Salamah adalah anak yang rajin. Anak yang cerdas. Setiap kali hendak makan, ia selalu teringat dengan apa yang diajarkan oleh Nabi kepada dirinya. Dan ini menjadi contoh untuk kita semua.
Dalam kisah lain, ada sosok shahabat nabi yang masih kecil juga. Anas namanya. Ia pernah diperintahkan oleh Ummu Sulaim untuk membawa keranjang berisi kurma basah yang diberikan kepada Rasulullah. Ketika ditemui, beliau sedang makan bubur. Bubur yang dibubuhi daging dan labu. Subhanallah, ternyata beliau juga suka labu. Ketika beliau hendak pulang, Anas memberikan kurma titipan dari Ummu Sulaim itu. Kurma diterima, kemudian dimakan bareng bersama para shahabat. Anas kecil pun ikut makan. Dan, kurma itu dibagikan kepada mereka hingga habis.
Betapa Rasulullah sangat dermawan. Punya makanan tidak dimakan sendiri, tapi dibagi-bagi kepada para sahabatnya. Sungguh, Rasulullah adalah manusia agung nan mulia. Memberikan contoh dan teladan dalam setiap perilakunya. Tanpa terkecuali, soal makan. Urusan makan pun disyariatkan. Dijanjikan berpahala jika kita mengikuti caranya. Mendapat berkah jika kita mencontohnya. Yuk, kita praktekkan.
Tiba saatnya, kita pulang. Semua langsung menuju ke masjid. Karena sesaat lagi adzan Dzuhur akan berkumandang.
sumber: adzkia

Kategori: , ,

Tinggalkan komentar!